Perjalanan Dinas? Mmm … No, thank you.
Yep, sejak melahirkan si kecil, saya sangat jarang melakukan perjalan dinas ke luar kota dengan alasan masih menyusui dan tidak tega meninggalkan si kecil di rumah. Apalagi karena saya tinggal di Tangsel sedangkan keluarga besar saya tinggal di Bandung dan keluarga besar suami tinggal di Semarang, sehingga khawatir jika harus meninggalkan anak. Kalaupun terpaksa harus dinas, biasanya saya bawa juga tuh si kecil, apalagi kalau dinasnya ke Bandung, sekalian main ke tempat Kakek Nenek-nya hehehe …
Sekitar awal bulan Juni lalu, saya ditelpon Bos, dan dengan mengagetkan ditanya, apa saya bersedia ikut ke Austria untuk training beserta 5 orang lainnya? Woww … tentunya excited banget, tapi tentunya saya gak bisa langsung mengiyakan karena harus tanya paksu dulu. Later on, Alhamdulillah paksu mengijinkan, dengan catatan nanti pas pergi mungkin akan “mengimpor” Eyang dari Semarang atau Nin dari Bandung.
Tapiiii … itu pun masih belum tahu jadi atau tidaknya keberangkatan ke Austria. Pengurusan surat dinas, paspor dll, ternyata makan waktu lama, jadi saya gak yakin bakalan jadi pergi, kecuali tiket sudah di tangan. Akhirnya semuanya baru pasti minus dua hari keberangkatan, saya baru menerima tiket dan paspor dinasnya.
Persiapan Pergi untuk si Kecil
Untuk si kecil sendiri, seminggu sebelum keberangkatan (padahal belum tahu juga jadi berangkat atau tidak), si kecil sudah saya latih minum UHT, karena stok ASIP tidak terlalu banyak (usia si kecil 16,5 bulan). Pertama, saya coba susu ultra mimi yang plain, ternyata gak mau. Saya coba juga susu pasteurisasi Diamond, ternyata gak mau juga. Saya coba susu kedelai, lebih gak mau. Kemudian saya coba UHT Greenfields, Alhamdulillah mau, dan tidak ada efek seperti susah pup atau m*ncr*t.
Selain itu, setiap sebelum bobo, saya selalu bisikin di telinganya, berulang-ulang “Mama mau pergi ya seminggu, nanti Dede gak nangis, gak cari nenen, kalau tidur ditemani Bapak dan ada Eyang juga, nanti kalau Mama pulang, dede boleh deh nenen lagi” … dan si kecil sepertinya mengerti karena dia menjawab iyaaa … iyaaa … hehehe …
Persiapan Pergi untuk Memerah ASI
Awalnya saya “mengikhlaskan” selama dinas di luar negeri saya akan membuang ASIP, tapi setelah dipikir-pikir kok sayang ya. Kemudian saya gugling, dan menemukan blog busui yang juga dinas ke luar negeri dan tetap memerah ASI. Akhirnya saya semangat. Blog tersebut benar-benar memberikan info yang mantap soal busui yang dinas ke luar negeri. Saya persiapkan semuanya, mengikuti saran dari blog itu. Tapi karena baru persiapan H-2 keberangkatan, persiapannya kurang maksimal. Saya bawa koper gede, setengahnya buat baju dan setengahnya buat peralatan tempur “ASIP”.
- Apron menyusui
- Cooler bag
- Plastic untuk ASIP (saya masih punya merk Natur sisa jaman pumping masih melimpah ruah).
- Aluminium foil
- Plastik Wrap
- Gunting
- Lakban
- Ice gel
- Pompa elektrik dan manual
- Print peraturan tsa (Transportation Security Administration)
Saya membawa semuanya di dalam koper, karena males ribet berurusan dengan security bandara untuk declare membawa ice gel dll. Tapi saya tetap membawa pompa ASI manual di tas ransel saya.
Selain itu, saya juga mengirim email ke hotel tempat saya menginap dan menanyakan apa bisa menitip ASIP saya di freezer mereka, dan hotelnya menanggapi dengan cepat dan membolehkan.

Pompa elektrik unimom dan juga manualnya (tidak difoto), kado dari teman-teman tercinta, setia menemani selama dinas
Selama Perjalanan
Perjalanan dari Jakarta ke Doha memakan waktu sekitar 8 jam. Dengan waktu transit 4 jam, cukup bagi saya untuk melakukan pumping di Doha. Bandara tempat transitnya lumayan bagus, ada nursery room dan juga mushola terpisah. Akhirnya saya pumping di mushola setelah sholat subuh daripada harus pindah tempat ke nursery room. Mushola juga cukup sepi, sehingga tidak mengganggu orang lain. Saat itu pumping 150 mL (tidak maksimal) karena saya gak tenang dan hasilnya saya buang (sedih banget) karena memang tidak membawa ice gel untuk ke kabin. Setelah itu lanjut pesawat ke Vienna selama 5 jam.
Setelah Tiba di Tujuan
Tiba di Vienna, saya masih harus melakukan perjalanan darat ke Graz selama 2,5 jam. Saat itu, sudah terasa PD agak bengkak. Sampai di Graz, 24 juli sore hari waktu setempat. Setelah check in, saya langsung pumping. Setelah pumping, saya menitipkan semuanya (termasuk ice gel) ke tempat hotel untuk disimpan di freezer. Saya tulis nama, nomor kamar dan keterangan untuk disimpan di Freezer. Untuk selanjutnya, saya pumping dua kali sehari setiap pagi sebelum berangkat kursus antara jam 5-6 pagi dan sore hari pulang kursus antara jam 5-6 sore.
Setiap hari saya juga skype dengan si kecil. Skype pertama, yang nangis bukan si kecil, tapi emaknya hiks … sedih rasanya. Skype berikutnya kadang setelah lunch (yang berarti setelah maghrib di Jakarta) atau setelah kursus (biasanya si kecil terbangun jam 12 malam). Saat malam pertama ditinggal, info dari paksu, si kecil nangis dari jam 3-5 pagi. Hari berikutnya agak gelisah tapi bisa tidur gak sampe bangun nangis. Lucunya setiap skype, dia akan pindah tempat ke belakang HP/laptop nyari Mamanya, dia liat Mamanya di layar jadi dia pikir Mamanya ada di belakang situ hehehe …
Hari jumat, 29 juli, saya berpindah tempat dari Graz ke Vienna. Pagi hari sekitar pukul 6 saya minta semua ASIP dan ice gel saya dikeluarkan dari freezer ke resepsionis hotel. Lalu saya masukan ke cooler bag. Perjalanan dari Graz ke Vienna sekitar 2.5 jam dengan kereta api. Sampai hotel di Vienna pukul 10.30 pagi, ASIP masih beku, saya titip ke resepsionis untuk disimpan di freezer karena baru bisa check in pukul 3 sore. Kemudian lanjut ke tempat meeting sekitar 30 menit dari hotel.

Tiba di Vienna dengan setia membawa cooler bag berisi ASIP
Di Vienna masih sempat dua kali pumping dan langsung dititip juga di freezer. Jadi total dapat ASIP adalah sekitar 1,390 mL (1,540 mL kalau ditambah dengan 150 mL yang dibuang pas transit).
Hari terakhir di Vienna adalah sabtu, 30 Juli. Pagi-pagi setelah pumping, plastik ASIP dititipkan ke freezer hotel. Kemudian check out hotel tapi tas masih dititipkan karena pesawat kembali ke Jakarta pukul 19.05 waktu setempat. Seharian jalan-jalan dan kembali ke hotel berniat untuk packing ASIP.
Naahhh saat itu lah agak terjadi disaster. Saya minta tolong ke resepsionis untuk mengambilkan barang-barang yang saya titip di freezer. Namun, resepsionis hanya mengeluarkan satu kantong putih. Saya bilang kalau saya menitipkan satu set lagi dalam “white plastic bag” alias kresek putih. Dia bilang gak ada, trus lumayan lama cari-cari. Setelah bbrp saat, sepertinya pegawai kitchen menyerahkan satu kresek putih itu. Dan alangkah shock-nya saya karena kresek itu disimpan di fridge bukan freezer. Hiks nangis darah deh. Alhasil, semua ASIP sudah mencair dan ice gel-nya pun mencair karena sudah dua hari di fridge. Haduuhh sedih banget, otomatis ASIP beku itu sudah cair lebih dari 24 jam, tapi saya gak tega buangnya. Saya tetep packing dan bawa ke bandara untuk masuk kabin (gak masuk bagasi, karena harus packing ulang). Niatnya kalaupun nanti harus dibuang, biarlah mbak-nya yang buang, saya gak tega buang ASIP yang hampir 1 liter itu. (yang masih beku adalah yang terakhir masuk freezer hasil pumping di Vienna).
Melewati Security Check di Bandara Vienna
Sebenarnya agak deg-degan juga sih bawa ASIP ke kabin, karena peraturan tsa yang baru hanya mencantumkan “traveling with children”. Ketika security check di bandara Vienna, saya jelaskan saya bawa ASIP dan menunjukkan aturan tsa itu.

cooler bag yang dibawa ke kabin, berisi 1.390 mL ASIP dan 4 ice gel (cooler bag ini juga kado dari teman tercinta)
Me : Hi, I bring breast milk and ice gel in this cooler bag (sambil menunjukkan aturan tsa yang sudah diprint)
Tsa officer (laki-laki) : Yes, but where is your child?
Me : at home. Sambil jelasin bla bla bla
Tsa officer : But Mam, you can’t bring it to the cabin if you are not traveling with your child.
Lalu ada seorang tsa officer perempuan yang menghampiri dan bertanya-tanya sementara yang laki-laki memanggil supervisornya (Alhamdulillah ternyata perempuan). Jadi ketika dijelaskan dia mengerti dan melihat ASIP yang ada di cooler bag. Yang dia lihat hanya di bagian atas, disana yang ada hanya yang volume 90 mL, 60 mL dan 140 mL yang masih agak beku (hasil pompa terakhir), jadi tsa supervisor itu mengizinkan dengan alasan volumenya tidak mencapai 100 mL dan yang lebih dari 100 mL masih beku. Padahal yang cooler bag bagian bawahnya banyak yang volumenya sekitar 120 mL. Alhamdulillah lolos. Tapi dia tidak menjamin akan lolos pemeriksaan tsa ketika transit di Doha.
Long story goes short …
Ternyata di tempat transit di Doha sama sekali gak masalah (bahkan gak ditanya walaupun saya menginfokan ke mereka) karena mungkin dianggap ini transit dan sudah diperiksa di bandara awal. Apalagi transit di Doha hanya 1 jam sehingga sangat terburu-buru, Alhamdulillah tidak diribetkan dengan tsa yang tanya-tanya ASIP.
Ketika tiba di Jakarta, sudah dijemput si kecil yang sudah teriak Mama … Mama … (aahhh senangnya Mama bisa meluk kamu lagi De). Setelah masuk mobil, si kecil langsung bilang nenen … ternyata dia gak lupa hahaha …
Sampai rumah,semua ASIP langsung saya masukkan kulkas. Esoknya senin langsung ngantor, dan betul saja, hanya 140 mL itu yang masih layak diminum sedangkan sisanya 1 liter lebih dibuang mbak-nya (saya mah gak tega buangnya).
Jadi tipsnya ya ibu-ibu:
- Pastikan pihak hotel mengerti benar kalau yang dimaksud adalah FREEZER bukan FRIDGE.
- Dalam kantung ASIP lebih baik tidak diisi lebih dari 100 mL walaupun kapasitas kantong ASIP bisa sampai 150 mL.
- Lebih baik ASIP masuk bagasi daripada repot dan ribet ditanya-tanya pihak tsa di bandara.
- Ternyata tidak dibutuhkan surat keterangan dokter untuk membawa ASIP.
Note:
Ingat, perkataan adalah doa. Sejak awal niatnya mau membuang hasil pumping selama dinas karena males ribet, sampai akhirnya semangat setelah browsing blog busui lainnya yang dinas luar negeri. Ternyata walaupun sudah berusaha, ASIP tetap terbuang dan hanya tersisa 140 mL yang bisa diminum. Hiks … jadi merasa bersalah sudah berniat membuat hasil pumping sebelum berusaha 😥
Recent Comments